Senin, 30 April 2012
ASUHAN KEPERAWATAN MASA NIFAS (PUERPERIUM)
ASUHAN KEPERAWATAN MASA NIFAS (PUERPERIUM)
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
a. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Rustam Mochtar, 1998 Hal. 115).
b. Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurnya terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
( Mochtar, 1998 )
2. Perubahan fisiologis pada post partum/nifas. ( Bobak, 2005,hal 493 )
a. Sistem reproduksi
1) Uterus
a. Proses involusio
Yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil, dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi sel sel otot polos uterus. Pada masa hamil, pertumbuhan massif uterus dipengeruhi oleh peningkatan kadar estrogen dan progesteron dimana pertumbuhan uterus tergantung pada hyperplasia dan hipertropi sel sel otot uterus. Pada masa post partum, penurunan kadar hormon tersebut menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan.
b. Kontraksi uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uterin yang sangat besar. Kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.Pada primipara ,uterus cenderung tetap berkontraksi secara tonis sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Tetapi pada multipara relaksasi dan kontraksi bersifat periodik, dimana sering berkontraksi hebat dalam interval interval tertentu dan inilah yang menimbulkan nyeri pada perut seperti diremas remas atau disebut sebagai ”afterpain” (nyeri pasca melahirkan). Nyeri yang dialami ibu multipara ini akan dirasakan selama 3-4 hari post partum. Nyeri lebih terasa pada saat menyusui ,diduga akibat pelepasan oksitosin yang merangsang kontraksi uterus.
Fundus turun kira kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam .Pada hari ke 6 post partum fundus normal akan berada dipertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke 9 pasca partum (Bobak ,2005 :493)
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurur masa Involusi (Rustam Mochtar, 1998 :115)
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir
Ur i lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat-simfisis
Tidak teraba di atas simfisis
Bertambah kecil
Sebesar normal 1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
c. Lokhia
Yaitu peluruhan jaringan desidua pada awal masa nifas yang menyebabkan keluarnya cairan pada vagina yang bberasal dari cavum uteri. Penelitian terbaru mengindikasikan bahwa lokhia menetap hingga 4 minggu dan dapat berhenti atau berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin. Normalnya lokhia berbau apek, bau amis atau busuk menandakan terjadinya infeksi.
Klasifikasi lokhia; ( Farrer Helen, 2001 )
a).Lokhia rubra ,( hari 1 – 4 ), jumlahnya sedang, dan terutama darah
b).Lokhia serosa , ( hari 4 – 8 ), jumlahnya berkurang dan berwarna merah muda.
c). Lokhia alba , ( hari 8 – 14 ), jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak berwarna.
2).Serviks
Menjadi lunak segera setelah melahirkan. Delapan belas jam post partum servik memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edema, tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoservik ( bagian servik yang menonjol ke vagina ) terlihat memar dan ada sedikit laserasi kecil , kondisi yang baik untuk perkembangan infeksi. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm sebelum melahirkan akan menutup secara bertahap. Pada hari keempat sampai hari keenam post partum ,dua jari masih dapat dimasukkan ke dalam muara serviks. Pada akhir minggu kedua hanya dapat dilalui tungkai kuret terkecil.
3). Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil.
4). Perineum ( Farrer Helen, 2001 hal 226 )
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya beregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju pada postnatal hari ke- 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.
5).Payudara
Payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap/perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi
b. Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu
c. Sistem gastrointestinal
Buang air besar (BAB) tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah melahirkan sebelum usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit di daerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.
d. Sistem kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar haemoglobin kembali normal pada hari ke- 5. meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun keadaannya masih tetap lebih tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
e. Sistem integumen
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat karena proses hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada pipi, hyperpigmentasi kulit dinding perut (striae gravidarum). Setelah persalinan, hormonal berkurang dan hiperpigmentasi pun menghilang. Pada dinding perut akan menjadi putih mengkilap yaitu “striae albikan”.
3. Perubahan psikologis pada ibu nifas.
Perubahan yang mendadak dan dramatis. Pada status hormonal menyebabkan ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang dalam keadaan normal maupun diatasinya. Di samping perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sudah terkuras oleh tuntutan kehamilan serta persalinan keadaan kurang tidur, lingkungan yang asing baginya dan oleh kecemasannya akan bayi, suami atau anak-anaknya yang lain.
Menurut beberapa peneliti, menerima peran sebagai orang tua adalah suatu proses yang terjadi dalam tiga tahap :
(1) Ketergantungan,
(2) Ketergantungan – ketidaktergantungan,
(3) Saling ketergantungan (Hamilton, 1995).
a. Tahap I : ketergantungan.
Bagi beberapa ibu baru tahap ini terjadi pada hari ke- 1 dan ke-2. setelah melahirkan (Rubin, 1961) menjelaskan bahwa hari tersebut merupakan fase “taking-in” (menerima) waktu dimana ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan. Ia memfokuskan energinya pada bayinya yang baru. Ia mungkin selalu membicarakan pengalaman melahirkan berulang-ulang, “taking-in” merupakan fakta bagi perannya yang baru.
b. Tahap 2 : ketergantungan-ketidaktergantungan.
Tahap kedua mulai pada sekitar hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu ke- 4 sampai ke- 5. Rubin menyebutnya sebagai fase “taking-hold”. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Namun demikian, tubuhnya mengalami perubahan yang sangat signifikan, sebagai akibat pengaruh hormonal yang sangat kuat, keluarlah ASI.
c. Tahap 3 : saling ketergantungan,
Dimulai sekitar minggu ke- 5 sampai ke- 6 setelah melahirkan, sistem keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasien telah sembuh, peranan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali. Secara fisik ibu mampu untuk menerima tanggung jawab normal dan tidak lagi menerima “peran sakit”
4. Perawatan dan pengawasan dalam masa nifas.
Perawatan post natal di rumah sakit berkisar sekitar 5 – 7 hari setelah persalinan normal : jika terdapat komplikasi atau intervensi, mungkin diperlukan waktu satu atau dua hari lebih lama. Perawatan dan observasi yang segera dilakukan terhadap ibu yang baru saja melahirkan adalah sebagai berikut :
a. Suhu
Suhu tubuh diperiksa pagi dari sore hari. pada bagian kebidanan, suhu tubuh yang melebihi 37,20C harus dilaporkan kepada bidan bangsal yang akan menghubungi dokter jika suhu tersebut naik di atas 37,50C.
Kenaikan suhu yang sedikit sering dijumpai pada sekitar hari ke- 4 dan mungkin menyertai aktivitas payudara. Di lain pihak, setiap kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh sepsis nifas, yaitu kelainan serius yang harus segera diatasi dengan terapi antibiotik.
b. Denyut nadi
Frekuensi denyut nadi dicatat dua kali sehari, normalnya frekuensi nadi relatif rendah selama minggu pertama setelah melahirkan. Denyut nadi yang cepat dapat disebabkan oleh infeksi, khususnya jika disertai dengan kenaikan suhu tubuh.
c. Tekanan darah
Setelah 24 jam pertama, tekanan darah diukur dua kali sehari sampai hari ke-4 dan kemudian diukur sekali sehari. Tekanan darah yang rendah dapat menunjukkan perdarahan post partum. Tekanan darah yang tinggi mengingatkan kita kemungkinan pre-eklampsia yang dapat timbul setiap saat dalam masa nifas sekalipun kejadian seperti ini jarang terjadi.
d. Fundus uteri
Tinggi fundus uteri diukur serta dicatat setiap hari, dan fundus uteri dipalpasi dua kali sehari untuk memastikan bahwa uterus mengalami kontraksi dengan kuat serta terletak di tengah. Tinggi fundus berkurang sebanyak kurang lebih 1 cm per hari sampai fundus uteri tidak teraba lagi lewat abdomen yang biasanya pada hari ke 11 atau ke 12.
e. Lochia
Lochia yang mencakup darah, jaringan desidua dan hasil pembuahan yang masih tertahan, harus diobservasi dua kali sehari. Bau lochia yang normal tidak berbeda dengan bau haid. Jika baunya busuk, keadaan ini harus segera dilaporkan karena dapat menunjukkan sepsis nifas.
f. Perineum
Perineum diperiksan dua kali sehari dengan penerangan yang baik, observasi untuk menemukan eritema, edema, monitor, atau tarikan pada bekas jahitan.
g. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosit dan tromboemboli.
h. Diet
Makanan harus berbumbu, bergizi, dan cukup kalori sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Diet yang baik juga mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi dan memulai proses pemberian ASI ekslusif.
i. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
j. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 – 4 kali pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi faeces keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.
k. Perawatan payudara (mamma)
Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali upaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
l. Laktasi
Untuk menghadapi masalah laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma yaitu :
1) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah.
2) Keluaran cairan susu dari ductus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning-putih susu.
3) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
4) Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang.
Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN ( Bobak, 2005 )
1. Pengkajian
Adalah proses pengumpulan data tentang pasien, menganalisa data dan merumuskan masalah yang terdiri dari : biodata, data biologis-fisiologis, riwayat keluarga, riwayat reproduksi, riwayat aktivitas sehari-hari, pemeriksaan dan pengobatan.
1. Biodata meliputi : identitas suami istri : nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, status perkawinan dan alamat.
2. Data biologis fisiologis
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang umum muncul pada klien pasca natal adalah nyeri.
2) Riwayat keluhan utama
Keluhan ini biasanya muncul setelah pasca natal dan bertambah bila klien bergerak dan nyeri dirasakan seperti ditusuk jarum.
3) Riwayat masa lalu
Adakah penyakit yang pernah diderita, trauma, operasi, transfusi darah dan alergi.
4) Riwayat keluarga
Meliputi riwayat penyakit menular, riwayat penyakit turunan dan genogram tiga generasi.
5) Riwayat reproduksi
Terdiri dari riwayat haid : menarche, siklus haid, durasi haid dan perlangsungan haid, riwayat obstetric, kehamilan dan masa nifas lalu, genekologi dan riwayat keluarga berencana.
6) Riwayat aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah melahirkan :
1. Nutrisi : nafsu makan ibu biasanya meningkat segera setelah melahirkan dan kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ke-tiga.
2. Eliminasi : BAB secara spontan biasa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan, penurunan berkemih seiring diuresis pasca natal biasa menyebabkan distensi kandung kemih.
3. Kebutuhan istirahat tidur : biasanya kebutuhan istirahat tidur kurang setelah melahirkan karena sering terbangun pada malam hari.
7) Pemeriksaan fisik terdiri dari :
1. Keadaan umum :
a. Penampilan umum : setelah melahirkan ibu akan kelihatan pucat akibat rasa sakit atau adanya pendarahan ketika melahirkan, ekspresi wajah meringis, cemas, gelisah, tampak bertanya dan kuatir terhadap kondisinya dan kondisi bayinya.
b. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau menetap. Hipotensi ortostatik, yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera setelah berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama. Hal ini merupakan akibat pembengkakan limpa yang terjadi setelah ibu melahirkan.
b) Nadi
Denyut nadi dan curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.
c) Pernapasan
Pernapasan akan menurun sampai pada keadaan normal seperti sebelum hamil.
d) Suhu
Selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai 380C sebagai akibat efek dehidrasi persalinan.
c. Buah dada/payudara
Sebelum dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi dimulai, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh.
d. Abdomen
Dalam dua minggu setelah melahirkan, dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil. Pengembalian tonus otot bergantung pada kondisi tonus sebelum hamil, latihan fisik yang tepat, dan jumlah jaringan lemak.
e. Genetalia (vulva dan perineum) ditemukan jenis lochia rubra warna merah tua.
f. Anus tidak ada hemoroid
g. Ekstremitas bawah
Tidak terdapat edema, varices, nyeri dan kesemutan
2. Data psikologis
a. Pola interaksi
b. Senang atas kelahiran bayinya
c. Perasaan selama dirawat
d. Pelayanan yang telah diberikan
3. Data spiritual
a. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Keluarga melaksanakan ibadah
c. Kegiatan keagamaan yang diikuti
4. Pengobatan
Obat-obatan yang diberikan pada pasien pasca partum seperti : (antibiotic dan analgetik)
3. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Menurut Bobak ( 2005 ), diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien post partum adalah
a. Nyeri yang berhubungan dengan episiotomi, involusi rahim , dan trauma pada perineum, hemoroid, pembengkakan payudara.
b. Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan trauma jalan lahir pada jaringan.
c. Retensi urine yang berhubungan dengan trauma jalan lahir di jaringan, nyeri setelah melahirkan.
d. Konstipasi yang berhubungan dengan trauma jalan lahir pada jaringan, nyeri selama melahirkan.
e. Proses menyusui tidak efektif berhubungan dengan pengetahuan yang tidak cukup tentang refleks bayi baru lahir dan teknik menyusui
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan pada periode pasca partum, perawatan bayi, dan rutinitas di Rumah Sakit, proses persalinan yang lama.
g. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perdarahan pasca partum, efek anastesi.
h. Deficit pengetahuan berhubungan dengan pentingnya BAK untuk mencegah perdarahan
4. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan yang sesuai untuk diagnosa yang teridentifikasi adalah sebagai berikut :
a. Nyeri yang berhubungan dengan episiotomi, involusi rahim , dan trauma pada perineum, hemoroid, pembengkakan payudara.
Tujuan :
1) Nyeri berkurang atau hilang
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
1) Dorong ibu berbaring pada salah satu sisi
Rasional : untuk membantu mengurangi nyeri akibat penekanan pada episiotomo atau laserasi pada perineum.
2) Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi
Rasional : Meningkatkan rasa kontrol dan dapat menurunkan beratnya ketidaknyamanan berkenaan dengan after pain dan massase fundus..
3) Anjurkan klien melakukan teknik distraksi dengan berinteraksi dengan bayi
Rasional : mengalihkan perhatian klien sehingga tidak terfokus pada nyerinya.
4) Beri kompres es pada payudara
Rasional : membantu mengkonstriksikan pembuluh darah disekitar payudara sehingga mengurangi udema.
5) Ajarkan dan anjurkan klien untuk mengganti dan meletakkan pembalut dengan benar
Rasional : mencegah kontaminasi dan infeksi yang dapat menimbulkan nyeri
6) Penatalaksanaan analgetik asam mefenamat
Rasional : tidak berefek pada bayi selama dalam batas terpeutik.
b. Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan trauma jalan lahir pada jaringan
Tujuan :
1) Pertahankan infeksi tidak terjadi kritea
• Suhu dalam batas normal
• Lochia normal
• Bekas jahitan episiotomi utuh dan tidak terdapat push atau kemerahan
Intervensi :
1). Pertahankan lingkunga yang bersih
Rasional : mencegah kontaminasi MO patogen
2). Anjurkan menggunakan alas kaki saat berjalan di lingkunagn Rumah Sakit
Rasional : mencegah infeksi nosokomial
3). Ukur suhu setiap 8 jam
Rasional : peningkatan suhu lebih dari 38 C 2 hari post partu dalam 10 hari pertama post partum mengindikasikan adanya infeksi
4). Kaji keadaan lochia
Rasional : lochia yang berbau amis atau busuk dan berwarna hijau menandakan adanya infeksi.
5). Kaji keadaan luka episiotomi
Rasional : adanya pus atau kemerahan menandakan adanya infeksi
c. Retensi urine yang berhubungan dengan trauma jalan lahir di jaringan, nyeri setelah melahirkan.
Tujuan :
1) Retensi urine teratasi dengan kriteria
• Klien mengatakan sudah berkemih seacar spontan dalam 6 – 8 jam setelah melahirkan
• Kontraksi uterus baik ( keras )
Intervensi :
1.) Bantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan segera mungkin ke kamar kecil atau ditempat tidur bila tidak mampu berjalan.
Rasional : mencegah terjadinya atoni uteri
2). Biarkan ibu mendengar bunyi air mengalir, merendam tangannya di dalam air hangat atau memercik air dari botol ke perineumnya.
Rasional : Membantu merangsang ibu berkemih.
3). Pasang kateter
Rasional : kateter dapat membantu mengeluarkan urine secar spontan jika ibu tidak mampu berkemih sendiri.
d. Resiko Konstipasi yang berhubungan dengan trauma jalan lahir pada jaringan, nyeri selama melahirkan.
Tujuan :
1). Konstipasi tidak terjadi dengan criteria
• Klien mengatakan dapat BAB secara normal tanpa keluhan.
Intervensi :
1) Kaji peristaltik usus
Rasional : penurunan peristaltic dari normal mengindikasikan adanya gangguan pada usus.
2) Anjurkan mengkomsumsi makanan yang tinggi serat dan meningkatkan volume air yang diminum
Rasional : melunakkan feses sehingga mudah dikeluarkan
3) Anjurkan klien meningkatkan aktivitas sesuai kemampuan
Rasional : mencegah static usus.
e. Proses menyusui tidak efektif berhubungan dengan pengetahuan yang tidak cukup tentang refleks bayi baru lahir dan teknik menyusui
Tujuan : proses menyusui efektif dengan criteria
• Klien mampu mendemonstrasikan teknik menyusui yang benar
Intervensi :
1) Ajarkan teknik menyusui yang benar.
Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien mampu mendemonstrasikannya..
2) Jelaskan manfaat ASI
Rasional : pengetahuan akan manfaat ASI dapat meningkatkan antusias klien untuk dapat melakukan teknik meyusui yang benar
3) Anjurkan klien untukmelakukan apa yang telah diajarkan
Rasional : memudahkan perawat untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu tentang cara yang telah diajarkan sehingga mudah dalam memperbaiki kekurangan yang ditemukan
4) Tanya ulang pada klien tentang manfaat ASI
Rasional : mengetahui sejauh mana pemahaman klien tentang informasi yanmg telah diberikan
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan pada periode pasca partum, perawatan bayi, dan rutinitas di Rumah Sakit, proses persalinan yang lama.
Tujuan : pola tidur tidak terganggu dengan criteria
• Klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak dan merasa rileks saat terjaga
Intervensi :
1) Anjurkan keluarga untuk membatasi pengunjung dan menerima telpon di dekat klien
Rasional : mengurangi kebisingan
2) Anjurkan klien tidur siang pada saat bayi tidur.
Rasional : memberi kesempatan pada ibu untuk tidur tanpa gangguan dari bayi
3) Atur waktu khusus untuk rutinitas perawatan terhadap klien
Rasional : dapat memperbaiki pola tidur klien karena aktivitas perawatan tidak mengganggu klien
4) Diskusikan teknik yang pernah dipakai klien untuk meningkatkan istirajat misalnya minum minuman hangat, membca, menonton TV sebelum tidur
Rasional : meningkatkan control dan relaksasi
5) lakukan upaya untuk menciptaka rasa nyaman saat klien merasa nyeri dengan menggosok punggung taua memberi analgetik
Rasional : mengurangi nyeri dan ketegangan serta meningkatkan relaksasi dan istirahat
g. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perdarahan pasca partum, efek anastesi.
Tujuan :
a. Cedera tidak terjadi.
Intervensi :
1) Temani klien saat melakukan ambulasi pertamanya
Rasional : mencegah terjadinya cedera
2) Anjurkan ibu beristirahat dengan nyaman di tempat tidur untuk waktu tertentu
Rasional : agar system tubuhnya dapat beradaptasi kembali terhadap perubahan volume cairan.
3) Kaji tingkat kesadaran dan stabilitas TTV sebelum menganjurkan klien bangkit dari tempat tidur.
Rasional : apabila klien menerima anastesi local dan analgetik yang diberikan per IV atau IM beberapa saat sebelum melahirkan
h. Deficit pengetahuan berhubungan dengan pentingnya BAK untuk mencegah perdarahan
Tujuan :
1) Pengetahuan klien bertambah dengan criteria
• Klien mampu menyebutkan bahaya BAK bila ditahan
Intervensi :
1) Jelaskan pada klien antara hubungan menahan BAK dan atonia uterus
Rasional : menambah informasi bagiklien bahwa menahan BAK dapat menyebabkan terjadinya retensi urine sehingga kandung kemih penuh yang membuat rahim terdorong ke atas umbilicus dan ke salah satu sisi abdomen yang membuat kontraksi uterus terganggu sehingga bias terjadi perdarahan, sehingga klien dapat berpartyiasipasi dalam intervensi.
2) Beri tahu klien tanda-tanda kontraksi uterus yang buruk
Rasional : menambah pengetahuan klien bahwab adanya perdarahan , fundus terasa lembek, menandakan kontraksi uterus terganggu.
3) Ajari klien tentang pentibngnya dan cara melakukan pijatan fundue
Rasional : pemahaman tentang tujuan dan cara pemijatan fundus dapat membuat ibu kooperatif
4) Tanya ulang klien tentang penjelasan yang telah diberikan
Rasional : mengevaluasi pengetahuan klien tentang informasi yang telah diberikan.
5) Implementasi
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan, instruksikan keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.
Komponen-komponen tahap implementasi (menurut Carol, 1998)
a. Tindakan keperawatan mandiri.
b. Tindakan keperawatan kolaboratif.
c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien terhadap asuhan keperawatan.
6) Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan :
Hasil yang diharapkan pada tahap evaluasi pada kasus post partum :
a. - Nyeri berkurang atau hilang
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
b. - Pertahankan infeksi tidak terjadi kritea
c. - Retensi urine teratasi dengan kriteria
• Klien mengatakan sudah berkemih seacar spontan dalam 6 – 8 jam setelah melahirkan
• Kontraksi uterus baik ( keras )
d. - Konstipasi tidak terjadi dengan criteria
• Klien mengatakan dapat BAB secara normal tanpa keluhan.
e. - proses menyusui efektif dengan criteria
• Klien mampu mendemonstrasikan teknik menyusui yang benar
f. - pola tidur tidak terganggu dengan criteria
• Klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak dan merasa rileks saat terjaga
g. - Cedera tidak terjadi.
h. - Pengetahuan klien bertambah dengan criteria
• Klien mampu menyebutkan bahaya BAK bila ditahan
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary dkk. 2002. Obstetri Williams, edisi 21. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternitas/Bayi, Edisi 2. EGC : Jakarta.
Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas, edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC : Jakarta.
Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. EGC : Jakarta.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI : Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC: Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2004. Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi, edisi 2. EGC : Jakarta.
Muchtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1. EGC: Jakarta.
Prawiroharjo Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 2, Cetakan II. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
Setiawan, Yasin. 2006. Perubahan Fisiologi Post Partum [ online ]. Available : http : // Siaksoft.Net/Index.php. ( Akses tanggal 3 september 2008 pukul 11.00 WITA )
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran : Bandung.
Sub Bagian Program Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel. 2006. Profil Kesehatan Provinsi Sulsel. Dinkes Sulsel : Makassar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar